Senin, 12 Januari 2009

MY GREAT ADVENTURES WITH LASKAR PELANGI

Judul Buku : Laskar Pelangi
Jenis : Novel
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Cetakan XVII, Januari 2008
Tebal : 529 + xiv halaman



Saya merasa sangat terlambat untuk menikmati buku ini. Telah cetakan ketujuhbelas! Dua setengah tahun dari saat novel ini di launch. Sedikit kecewa, tapi saya merasa sangat bersyukur ketika salah seorang teman lama yang bekerja di salah satu penerbit Indonseia meminta saya untuk membaca buku karya Andrea Hirata yang sangat inspiratif ini.
Dan saya menemukan kebenaran kata-kata teman tadi! Saya juga tidak menafikkan setiap komentar para tokoh dan pecinta sastra terhadap buku ini. Sehingga ketika saya ingin membuat catatan kecil disini tentangnya, tiba-tiba saya merasa sangat gagap. Karena semua sudah terwakili dalam komentar-komentar dan analisis yang sangat tajam yang juga disitir dalam kitab Laskar Pelangi ini.

Penulis mengajak kita untuk benar-benar menggunakan seluruh kekuatan indra kita untuk menikmati setiap realita dan peristiwa yang dikisahkannya. Detail diskripsi disatu sisi akan membuat kita kehilangan konteks kisah perjalan para tokoh pelakunya, namun disisi lain, pembaca dikondisikan untuk mengasah ketajaman indra dalam perjalanan imajinasi Andrea.


Penyajian istilah-istilah ilmiah untuk mendiskripsikan makhluk dan peristiwa, memberikan pengaruh moody bagi pembaca. Di suatu kala pembaca diajak untuk menjelajahi dunia sains yang luas dan penuh kejlimetannya. Dan pada kala yang lain kita dihenyakkan pada kekayaan pengetahuan penulis bukan hanya dalam kata, kalimat, gaya sastra, namun juga pada sains, hidup dan kehidupan, kejiwaan dan spiritual.


Namun luar biasa! Ramuan yang sangat istimewa bagi seorang yang tidak terlalu paham dengan sastra sebagai logy. Bukan sekedar hiburan jenaka (karena kita akan menemukan sangat banyak peristiwa dan tutur – sikap nan jenaka), tapi kita disuguhi pengetahuan tentang sejarah, sosiologi, kebijakan, akhlak, bagaimana penting dan konsekuensi memegang prinsip dan nilai hidup dengan sangat natural.


Ikal yang membangun karakter, kepribadian, keyakinannya dan menemukan jati diri dari sebuah perjalanannya sebagai murid sekolah gudang kopra Muhammadiyah di Belitong; bagian dari pecinta dan penikmat pelangi setiap usai hujan ¾ sehingga diberi nama istimewa oleh ibunda guru yang istimewa (Ibu Musimah) sebagai Laskar Pelangi dengan segenap petualangan yang luar biasa, bahkan dengan sebuah gang menyesatkan (Societeit de Limpai) dengan petualangan yang menakjubkan dan diakhiri dengan ”pesan” kebenaran yang lumayan konyol, bahkan perjalanan cinta pertamanya yang membuatnya mengungkapkan kesadaran sebagaimana kita akan dapati di halaman 337:


Jika berfikir positif, ternyata mengenal seseorang secara emosional memberikan akses pada sebuah bank data kepribadian tempat kita dapat belajar banyak hal baru.

Jelas dalam buku ini dia menguatkan pesan, dia bukan siapa-siapa dan tidak akan pernah menjadi siapa-siapa tanpa gurunya, teman-teman dan Laskar pelangi-nya, sekolahnya, dan lingkungan yang begitu keras terhadap mereka. Dia bukan tokoh dalam kisah ini. Dia menjadikan semua sebagai pusat cerita, dan Andrea hanya mengambil sebagian kecil darinya untuk dirinya. Tentang sebuah kisah penemuan arti cinta dari sekilas kisah dengan A Ling yang membawa kita melihat romantisme ibarat ”majma’ul bahrain”, romantisme tempo doeloe dan kekinian.

Perubahan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Dipaparkan dengan begitu alamiah, tanpa insiden yang inkoherensial. Mahar yang semula merupakan Jules Verne bagi Laskar Pelangi dan sekolahnya bisa berubah menjadi dedengkotnya Societeit de Limpai, kelompok pecinta dunia misteri setelah sebelumnya nyaris terjebak dalam kesyirikan yang sangat bertentangan dengan aqidah yang diajarkan perguruan Muhammadiyah. Begitu juga nasib sang Einstein Muhammadiyah Belitong, Lintang, yang dituntut menjadi manusia dewasa demi kelangsungan hidup 13 orang anggota keluarganya, disaat ia seharusnya masih mengenyam pendidikan. Flo yang tomboi, pembangkang, terlalu percaya diri, akhirnya mampu berbusana muslimah dengan tetap berkarakter.


Di beberapa bagian, saya laksana diajak berpetualang seperti ketika saya menikmati buku serial Lima Sekawan (dulu saat saya masih kecil), atau menonton serial Bolang (Bocah Petualang yang ditayangkan rutin di salah satu televisi), mememori ulang mencari beberapa kesamaan dengan kehidupan masa kecil saya hingga menemukan keasyikan bersama antara saya dengan penulis melalui medium novel ini, bahkan buku Ghostbumps (dimana saya sering melarang anak-anak saya membacanya.....:D) dan kita tetap akan menemukan benang rasionalitas dalam keyakinan mistis yang menyelimuti sebagian orang dalam kisah ini.


Sebuah penghargaan yang sangat besar terhadap lingkungan, sejarah hidup dan kehidupan, perjuangan semua manusia yang dia kenal (teman, guru, orang tua dan keluarga teman-temannya, bahkan setiap manusia yang berpotensi sebagai ”rival” sebagaimana yang dipaparkan tentang komunitas PN yang tidak pernah lepas dari arogansi dan ekslusivismenya) dan tentunya nilai-nilai yang berkembang diantara mereka.

Saat membacanya, kita juga akan membuka tabir kekayaan pengetahuan penulis bukan hanya tentang ilmu pengetahuan alam, namun juga sosial, psikologi, ilmu agama, spiritualitas, dan tentang cinta (sedikitnya begitu untuk ilmu yang terakhir ini). Tergambar jelas dalam setiap diskripsinya yang jelas, rinci dan rijit. Kita telah dibawa pada kekayaan dan kemiskinan di setiap detail lokasi peristiwa, serta karakter dan perilaku setiap tokoh dan nyaris figuran dalam kisah ini.

Sungguh. Buku ini memaktub pesan betapa berharganya masa kecil seseorang. Meski tidak selalu apa yang menjadi cita-cita masa kecil akan terwujud meski sudah dengan melalui berbagai strategi dan pengorbanan. Namun untuk kesekian kalinya (diluar baaan buku bigrafi para tokoh) kita kembali disadarkan betapa nasib hidup seseorang ditoreh pertama kali melalui kehidupan masa kanak-kanak. Perubahan-perubahan yang drastis bahkan spektakuler ketika seseorang dewasa, juga dimulai dari sini. Jelas ini bisa kita baca dalam bab-bab terakhir yang memberikan pesan sekaligus resume dari perjalanan Ikal dan seluruh soulmatenya dalam Laskar Pelangi.



**************

Cimohai, Ahad 06/07/2008 8:34:26

Saya yakin (tentu seyakin Anda pula) akan menemukan rangkaian makna tetralogi ini setelah membaca keempat bukunya. Saya menunggu selesainya saya baca buku kedua dan ketiga, serta launching buku keempat (Maryamah Karpov) yang rencananya akan di”launching” pada bulan September 2008 yang akan datang. Kita tunggu saja bersama! Pasti sangat menarik dan luar biasa!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar