Sabtu, 10 Januari 2009

ALAT KONTRASEPSI BAHAN POKOK KE SEPULUH

Judul Buku : Sketsa Kesehatan Reproduksi Perempuan Desa
Jenis : Serial Kesehatan Reproduksi Petani
Penulis : Roosna Hawati Dkk. (10 Pendamping Lapang)
Editor : Sri Hadipranoto & Heru Santoso
Penerbit : YPP Press, Malang
Cetakan : Cetakan I, 2001
Tebal : 228 Halaman

Sudah menjadi suatu hal yang dianggap wajar, persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kehidupan perempuan menjadi tanggung jawab perempuan, seperti halnya persoalan domestik dan kesehatan reproduksi pada perempuan. Tetap dianggap wajar meskipun itu mengganggu ritme kehidupan, kesehatan, produktivitas, kenyamanan bahkan mengancam keselamatan hidup dan jiwanya.

Terutama persoalan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, dianggap sebagai persoalan yang sangat pribadi dan tabu untuk dipersoalkan secara umum. Kesehatan reproduksi (kespro) perempuan adalah ranah kehidupan dan tanggung jawab perempuan.

Buku ini membahas tuntas aspek-aspek kesehatan reproduksi perempuan yang seharusnya menjadi perhatian laki-laki dan perempuan, tokoh masyarakat, pemerintah (dengan segenap perangkat dan kebijakannya) dan dunia usaha. Paparan yang merupakan kisah nyata kehidupan perempuan desa, khususnya di komunitas petani, yang berusaha membangun kesadaran bersama (laki-laki, perempuan, serta seluruh pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung) bahwa persoalan kespro perempuan adalah persoalan hak kesehatan dan kelangsungan hidup manusia, khususnya bagi perempuan.

Untuk jangka waktu yang sangat lama, mitos-mitos, doktrin-doktrin dan stigma-stigma yang berhubungan dengan reproduksi mengakar kuat dalam masyarakat sebagian besar sangat merugikan perempuan. Termasuk ketika laki-laki berusaha untuk mengambil peran dalam kegiatan yang berhubungan dengan kespro perempuan, sebagai wujud tanggung jawabnya, masyarakat kurang memberikan penerimaan, apalagi penghargaan, bahkan cenderung meremehkan, melecehkan dan memberikan stigma pada mereka.

Sejarah masyarakat dampingan ini juga tak lepas dari praktek pelecehan dan kekerasan yang kadangkala justru dilakukan oleh aparat pemerintah dan pamong. Seperti pada sekitar awal tahun 70an hingga akhir 80an ketika program KB digalakkan. Juga dalam praktek-praktek medis yang masih sangat mungkin tetap berlangsung hingga saat ini. Hingga tidak berlebihan kalau beberapa praktek dengan pelecehan dan kekerasan itu menimbulkan trauma yang justru membuat perempuan rentan terhadap segala dampak buruk pengabaian dan tak terpenuhinya hak kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi.

Buku ini menjadi sangat menarik untuk dicermati dan sebagai acuan untuk melihat, seperti apakah sketsa kesehatan reproduksi perempuan-perempuan yang ada di sekitar kita, karena buku ini dilengkapi dengan sejumlah data berupa pernyataan-pernyataan masyarakat (yang sering dituliskan dengan menggunakan bahasa asli atau bahasa daerah), khususnya masyarakat dalam dampingan program pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar