Senin, 12 Januari 2009

KETIKA HATI SETIAP ISTRI BERBICARA

Judul Buku : Catatan Hati Seorang Istri
Jenis : Novel
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : PT. Lingkar Pena Kreativa, Depok
Cetakan : Cetakan VII, Feruari 2008
Tebal : 211 + xi halaman

Menangis, meratapi nasib, menganggap bahwa Tuhan telah tidak adil, sulit menerima kenyataan yang jauh dari harapan dan impian, seringkali menjadi bentuk respon yang tanpa disadari justru makin melemahkan diri dan bahkan menutup pintu dan jendela kemungkinan kita bisa mengenali banyak pelajaran hidup yang mampu mengayakan jiwa dan iman kita.
Tidak mudah. Itu juga yang ditulis Asma di lembar awal yang mengantarkan rangkaian cerita dan nukilan catatannya dengan paparan yang sangat menyentuh, menarik hampir seluruh perasaan kita untuk hanyut dalam setiap kisahnya. Menarik, karena buku ini penulis mengetuk pintu dan jendela itu, untuk mengalirkan energi yang mengubah kelaziman respon menjadi energi positif. Dengan berbagi cerita. Dengan menulis dan membuat catatan dari setiap jengkal perjalanan hidup, setiap tetes air mata dan keringat, setiap detak jantung kebahagian, kesedihan, kegundahan, kepedihan, kegamangan, dan segala rasa untuk mencari, menemukan, menggenggam dan meyakini akan makna dan keberadaan cinta, pernikahan, kepercayaan dan kesetiaan.
Perempuan memiliki kekayaan kisah. Ketika kita baca buku ini, kita akan menemukan kilasan-kilasan yang itu sebagian atau seluruhnya juga dekat dengan kehidupan kita.
Dan masih mengutip kalimat penulis,
”Sebab ternyata betapa dahsyat kekuatan yang dimiliki perempuan, sosok yang seringkali dianggap lemah, tidak berdaya, dan pada tataran tertentu sering hanya dianggap sebagai mahluk nomor dua.”

Meski sempat juga terasa gamang ketika membaca penggalan kisah perempuan yang terpaksa berkorban jiwa dan bahkan raganya untuk pencarian dan mempertahankan cinta, rumah tangga, serta prinsip dari sebuah pernikahan. Di satu sisi kita melihat penerimaan, pertahanan diri dan kepasrahan sebagai sebuah kelemahan dan ketidak berdayaan. Namun jika kita menelisik lebih jauh, disitulah salah satu kekuatan perempuan yang seringkali dicerminkan sebagai mahluk yang menerima cinta tanpa sebuah syarat.
Seirama dengan kesabaran, ketabahan sebagai manifestasi kekuatan hidup perempuan, pembaca pun tersentil dengan rangkaian kenakalan hingga kedzaliman laki-laki (baca: suami) yang siap membunyikan sirine bahaya di alam bawah sadar para pembaca perempuan.
Dampak negatif kecanggihan teknologi yang semula diyakini tak mampu menembus bahkan menghancurkan hati yang penuh dengan iman, ternyata janji keindahan fatamorgananya mampu menyusup dengan begitu lembut dan melunturkan secara pelan namun pasti.
Buku ini secara halus mengasah dan mempertajam empati dan kepedulian, mendorong pembaca untuk membuat kerangka tersendiri bagaimana seharusnya menyikapi ujian-ujian hidup dan kehidupan dalam rumah tangga. Rangkaian kisah ini tidak menawarkan solusi baku, namun membawa nilai-nilai yang secara rasio pun tidak mungkin ditolak. Kepada Allah lah kembalinya segala urusan dan kepadaNya lah kita mohon pertolongan.


**************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar