Senin, 12 Januari 2009

KAJAIBAN TAK SELALU "HAPPY"

JUDUL BUKU : Pudarnya Pesona Cleopatra
JENIS : Novel (kumpulan 2 novelet)
PENULIS : Habiburrahman El Shirazy
CETAKAN : Cetakan XV, Maret 2008
PENERBIT : Penerbit Republika
TEBAL : 111 + x halaman


Buku yang terdiri dari dua novelet ini, yang diakui penulis sebagai eksperimennya sebelum menulis novel AAC (Ayat-Ayat Cinta), telah menampilkan citra dan ciri khusus dari nafas cerita yang akan disuguhkan kang Abik (penulis biasa dipanggil demikian). Citra dan ciri itu juga muncul di beberapa novel yang sempat saya baca, baik itu AAC maupun KCB (Ketika Cinta Bertasbih).

Novelet pertama yang bertajuk sama dengan buku ini, cukup menarik dibanding beberapa penulisan lainnya. Seringkali pembaca disuguhkan penceritaan yang berakhir bahagia. Itulah satu babak perjalanan hidup. Berhentinya sinusoid tepat di puncak melewati garis keseimbangan, dan kemudian membentuk garis keseimbangan baru dengan titik puncak itu sebagai awal mulanya. Anggaplah demikian.............. Seperti itulah fenomena dalam mayoritas penulisan fiksi. Citra happy ending ini terkadang membuat pembaca turut berhenti untuk mengimajinasikan, apa yang terjadi setelah itu.

Seperti yang disuguhkan dalam novelet kedua di buku ini. Pernikahan Niyala dan Faiq merupakan suatu keajaiban yang sangat menggembirakan dan membahagiakan. Sekaligus merupakan anugerah dan solusi bagi Niyala yang saat itu menghadapi dilema antara keinginannya berbakti kepada ayahnya dengan penolakan hatinya yang sangat kuat terhadap calon suami yang dijodohkan ayahnya.

Berbeda dengan novelet Pudarnya Pesona Cleopatra. Disini, pergulatan nurani yang terjadi pada sang tokoh cerita untuk menemukan cinta kepada sang istri disela baktinya kepada ibunda merupakan kisah yang jarang sekali diungkap dalam dunia laki-laki. Menemukan laki-laki dalam dilema sebagaimana dalam novelet ini, mengambil sikap tidak layaknya laki-laki zaman globalisasi, merupakan kisah 1001 diantara kelaziman saat ini.

Kehidupan laki-laki yang identik dengan kebebasan, kemerdekaan, kurangnya ikatan perasaan, egois alias semau gue, jika dihadapkan pada kehidupan semacam ini, lebih lazim mengambil langkah jalan pintas. Misalnya saja menceraikan istrinya. Atau kalau tidak berselingkuh atau menikah lagi tanpa sepengetahuan istri dan ibundanya. Atau menikah lagi dengan memberikan sejumlah alasan kepada Raihana sehingga bisa diterimanya meskipun dalam keadaan terpaksa.
Dua novelet yang cukup menarik, dimana kedua kisah ini menyuguhkan penemuan cinta yang sangat bertolak belakang. Niyala dan Faiq menemukannya dalam bentuk keyakinan dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam sehari. Terlepas dari rangkaian perasaan yang sebenarnya telah ada dan rapi tersimpan selama beberapa tahun.

Sementara, sang “aku” harus bertahun-tahun berusaha menerjemahkan anugerah yang telah ada pada dirinya untuk kemudian berhak mendapatkan kesungguhan cinta. Cinta yang sebenarnya telah ada, namun tertutup oleh obsesi yang sebenarnya hanya ibarat satir tipis, hanya dengan hembusan sedikit angin sudah menampakkan jati dirinya. Sang “aku” harus menyadarinya ketika anugerah itu sudah dalam bentuknya yang lain, yaitu ketika kasih dan cinta itu tinggal bisa diuntai dengan rangkaian doa................

****************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar